Jika Anda akan mengemudikan sebuah ambulans, diperlukan suatu pengetahuan dan
keterampilan khusus dalam mengemudi ambulans sehingga meskipun respon harus
dilakukan secara cepat namun perlu dihindari kecerobohan yang mungkin akan
membahayakan pasien, orang lain maupun kru ambulance itu sendiri.
A. Syarat Pengemudi Ambulans
Untuk menjadi seorang pengemudi ambulans yang aman, Anda harus :
1. Sehat secara fisik. Anda tidak boleh memiliki kelainan yang dapat menghambat
Anda dalam mengoperasikan ambulans, tidak juga kondisi medis yang
mengganggu Anda saat mengemudi.
2. Sehat secara mental. Emosi terkontrol. Mengemudikan ambulans bukanlah
perkerjaan bagi seseorang yang gemar memainkan lampu dan sirine.
3. Bisa mengemudi di bawah tekanan
4. Memiliki keyakinan positif atas kemampuan diri sebagai seorang pengemudi
tapi jangan terlalu percaya diri dengan menantang resiko.
5. Bersikap toleran dengan pengemudi lain. Selalu ingat bahwa orang akan
bereaksi berbeda ketika melihat kendaraan emergensi. Terima dan toleransi
kebiasaan buruk pengemudi lain tanpa harus marah.
6. Tidak dalam pengaruh obat-obat yang berbahaya. Alkohol, obat-obatan
terlarang seperti marijuana dan kokain, obat-obatan seperti antihistamin dan obat
penenang lainnya.
7. Mempunyai Surat Izin mengemudi yang masih berlaku.
8. Pakai selalu kaca mata atau lensa kontak jika dibutuhkan saat menyetir.
9. Evaluasi kemampuan diri dalam menyetir berdasarkan respon diri Anda terhadap
tekanan perorangan, penyakit, kelelahan, dan mengantuk.
B. Aturan ambulans gawat darurat di jalan raya
Setiap negara memiliki undang-undang yang mengatur pengoperasian kendaraan
emergensi. Pengemudi ambulans umumnya dibebaskan dari aturan kecepatan, parkir,
larangan menerobos lampu lalu lintas, dan arah jalan. Namun demikian, peraturan juga
menggariskan bahwa jika seorang pengemudi ambulans mengemudikan
kendaraannya tanpa memperdulikan keselamatan orang lain, maka harus siap
membayar konsekuensinya - bisa berupa surat tilang, gugatan pengadilan, atau bahkan
ditahan untuk beberapa waktu. Berikut adalah beberapa hal yang mencakup peraturan
pengoperasian ambulans:
1. Pengemudi ambulans harus memiliki lisensi mengemudi yang sah dan harus
menyelesaikan program pelatihannya.
2. Hak-hak khusus memperbolehkan pengemudi ambulans untuk tidak mematuhi
peraturan ketika ambulans digunakan untuk respon emergency atau untuk transportasi
pasien darurat. Ketika ambulans tidak dalam respon emergency, maka peraturan yang
berlaku bagi setiap pengemudi kendaraan non-darurat, juga berlaku untuk ambulans.
3. Walaupun memiliki hak istimewa dalam keadaan darurat, hal tersebut tidak menjadikan
pengemudi ambulans kebal terhadap peraturan terutama jika mengemudikan
ambulans dengan ceroboh atau tidak memperdulikan keselamatan orang lain.
4. Hak istimewa selama situasi darurat hanya berlaku jika pengemudi menggunakan alat-
alat peringatan (warning devices) dengan tata cara yang diatur oleh peraturan.
5. Sebagian besar undang-undang memperbolehkan pengemudi kendaraan emergensi
untuk:
• Memarkir kendaraannya di manapun, selama tidak merusak hak milik atau
membahayakan nyawa orang lain.
• Melewati lampu merah dan tanda berhenti. Beberapa negara mengharuskan
pengemudi ambulans untuk berhenti terlebih dahulu saat lampu merah, lalu melintas
dengan hati-hati. Negara lain hanya menginstruksikan pengemudi untuk
memperlambat laju kendaraan dan melintas dengan hati-hati.
• Melewati batas kecepatan maksimum yang diperbolehkkan selama tidak
membahayakan nyawa dan hak milik orang lain.
• Mendahului kendaraan lain di daerah larangan mendahului setelah memberi sinyal
yang tepat, memastikan jalurnya aman, dan menghindari hal-hal yang membahayakan
nyawa dan harta benda.
• Mengabaikan peraturan yang mengatur arah jalur dan aturan berbelok ke arah
tertentu, setelah memberi sinyal dan peringatan yang tepat.
Apabila terjadi kecelakaan/tabrakan ambulans, sebagian besar peraturan perundangan-
undangan yang menyidangkan pengemudi di pengadilan akan mengemukakan dua hal
penting. Apakah pengemudi telah memperdulikan keselamatan orang lain selama
mengemudi? Dan apakah saat itu panggilan benar-benar dalam keadaan darurat?
C. Menggunakan Alat-alat Peringatan
Pengoperasian kendaraan emergensi yang aman dapat dicapai hanya jika alat-alat
peringatan dan sirine emergensi digunakan dengan tepat dan dengan mengemudikan
kendaraan secara difensif/hati-hati. Penelitian menunjukkan bahwa supir kendaraan lain
bisa saja tidak melihat atau mendengar suara ambulans hingga berada dalam jarak 50
sampai 100 kaki. Jadi jangan pernah beranggapan bahwa Anda berada dalam keadaan
aman jika sudah menyalakan lampu peringatan dan sirine.
Sirine. Sirine adalah alat peringatan audio yang paling banyak digunakan dalam pratek
ambulans dan juga paling sering disalahgunakan. Saat menyalakan sirine, pertimbangkan
efeknya yang bisa terjadi baik pada pengendara bermotor lainnya, pasien dalam
ambulans, maupun pengemudi ambulans itu sendiri. Di bawah ini beberapa aturan
penggunaan sirine ambulans gawat darurat.
1. Gunakan sirine secara bijak, dan gunakan hanya ketika perlu. Sirine hanya
digunakan jika pengemudi dalam respon emergency, Suara sirine yang dinyalakan
terus menerus dapat menambah rasa takut dan cemas pasien, dan kondisi pasien
dapat memburuk jika mulai timbul stress. Pengemudi kendaraan bermotor
cenderung untuk tidak memberikan jalan pada ambulans jika sirine terlalu sering
dinyalakan. Beberapa pengemudi menganggap bahwa ambulans seringkali
menyalahgunakan sirine dalam keadaan non-emergensi.
2. Selalu waspada meski sudah membunyikan sirine. Jangan pernah beranggapan
bahwa semua pengendara kendaraan bermotor akan mendengar sinyal Anda.
Adanya bangunan, pepohonan, dan semak belukar, radiotape dalam mobil dapat
menghalangi suara sirine.
3. Bersiaplah terhadap manuver aneh pengemudi lain, karena beberapa
pengemudi menjadi panik jika mendengar bunyi sirine.
4. Jangan berada di dekat kendaraan lain lalu membunyikan sirine tiba-tiba. Hal
ini dapat menyebabkan pengemudi lain menginjak rem mendadak dan Anda tidak
bisa berhenti tepat pada waktunya. Gunakan klakson ketika Anda berada dekat
dengan kendaraan di depan Anda.
5. Jangan menggunakan sirine sembarangan, dan jangan digunakan untuk
menakuti orang lain.
Klakson. Klakson adalah perlengkapan standar pada setiap ambulans. Pengemudi yang
berpengalaman menyadari bahwa penggunaan klakson dengan bijak dapat membuka
jalur lalu lintas secepat sirine. Petunjuk penggunaan sirine diaplikasikan juga untuk
penggunaan klakson.
Peralatan Peringatan Visual. Dimanapun ambulans berada di jalan, siang ataupun
malam, lampu depan harus selalu dinyalakan. Hal ini dapat meningkatkan jarak pandang
kendaraan terhadap pengemudi lain. Ketika ambulans berada pada keadaan
emergensi untuk pasien dengan prioritas tinggi, baik dalam perjalanan menuju
lokasi kejadian maupun transportasi ke rumah sakit, semua lampu emergensi harus
digunakan. Kendaraan harus bisa terlihat dari setiap sudut 360 derajat.
GUNAKAN LAMPU DAN SIRINE HANYA UNTUK KEADAAN DARURAT YANG
MENGANCAM NYAWA ATAU BAGIAN TUBUH.
D. Kecepatan dan Keselamatan
Sebagai pengemudi ambulans, Anda pasti sering sekali diingatkan untuk mengemudi
dengan pelan dan hati-hati. Mungkin Anda akan berkelit dengan mengatakan seperti,
”Bagaimana aku dapat membawa pasien dengan cedera serius tepat waktu ke rumah
sakit bila aku mengulur waktu? Kami tidak meminta Anda untuk mengulur waktu. Tetapi
kemudikanlah ambulans dengan mengingat hal-hal yang tertera di bawah ini:
• Kecepatan yang berlebihan dapat menigkatkan kemungkinan terjadinya
tabrakan.
• Kecepatan yang tinggi membutuhkan jarak yang labih panjang untuk berhenti,
sehingga dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak diharapkan.
Ingatlah bahwa peraturan di beberapa negara mungkin memperbolehkan Anda untuk tidak
mematuhi peraturan lalu lintas dalam keadaan emergensi yang sebenarnya dan dengan
memperdulikan keselamatan orang lain. Pengecualian dalam hal ini, mencakup aturan
batas kecepatan, lampu merah dan tanda berhenti, dan peraturan lain serta sejumalh
batasan larangan. Namun jangan lupa untuk selalu melintasi persimpangan dengan lampu
peringatan peringatan, hindari menikung tiba-tiba, dan selalu menyalakan lampu penunjuk
arah. Pastikan bahwa pengemudi ambulans dan semua penumpang menggunakan
sabuk pengaman saat ambulans sedang berjalan.
E. Pengiriman Ambulans Lebih Dari Satu atau dengan Kendaraan Pengiring
Ketika polisi mengiringi ambulans mengantar ke lokasi kejadian, mungkin akan timbul
beberapa bahaya tambahan. Seringkali terjadi, pengemudi ambulans yang tidak
berpengalaman mengikuti mobil pengiring terlalu dekat dan tidak bisa menghentikan
ambulans saat kendaraan di depannya berhenti mendadak. Pengemudi ambulans yang
tidak berpengalaman bisa saja memiliki anggapan yang keliru bahwa pengemudi
kendaraan lain mengetahui bahwa ambulans yang dikendarainya tengah mengikuti mobil
pengiring. Pada kenyataannya, pengemudi lain akan berhenti tepat di depan ambulans
sesaat setelah kendaraan pengiring melintas.
Karena bahaya yang timbul akibat adanya pengiring, sebagian besar sistem EMS tidak
merekomendasikan pengiriman ambulans dengan kendaraan pengiring kecuali
pengemudi ambulans tidak mengenal lokasi pasien (atau rumah sakit) sehingga harus
dipandu oleh polisi.
Pada pengiriman ambulans lebih dari satu, bahaya yang timbul dapat serupa seperti yang
ditimbulkan kendaraan pengiring, terutama ketika iringan kendaraan melaju pada satu
arah yang sama, dengan jarak yang terlalu berdekatan. Bahaya besar juga terjadi ketika
dua ambulans melintasi persimpangan jalan pada saat yang sama. Tidak hanya mereka
akan kesulitan untuk saling menghindar, tetapi pengemudi kendaraan lain mungkin akan
dapat menghindar mobil pertama tapi tidak mobil kedua. Pada intinya, pengemudi
ambulans harus memberikan perhatian lebih saat melintasi persimpangan untuk
pengiriman ambulans lebih dari satu.
F. Mencari Jalur Alternatif
Jika diperkirakan bahwa ambulans akan terlambat mencapai lokasi pasien, pengemudi
ambulans harus mempertimbangkan sebuah jalur alternatif atau meminta pengiriman
ambulans lain. Beberapa tip untuk antisipasi adanya kemacetan:
1. Perkirakan waktu-waktu di mana perubahan keadaan dapat mempengaruhi
kecepatan pengiriman.
2. Dapatkan peta detail wilayah pelayanan Anda. Kemudian tandai titik-titik pada peta
yang biasa timbul masalah lalu lintas seperti area sekolah, jembatan, terowongan,
persimpangan rel kereta api, dan area-area padat.
3. Tandai juga keadaan-keadaan lain yang bisa timbul sewaktu-waktu seperti lokasi
pembangunan dan perbaikan jalan ataupun adanya jalan memutar yang panjang
maupun pendek.
4. Gunakan warna yang berbeda, tandai jalur alternatif, jalur salju, dan lain
sebagainya.
5. Gantung sebuah peta di pangkalan dan letakkan sebuah peta lain di dalam
ambulans. Sehingga jika Anda kelak menghadapi wilayah yang bermasalah, Anda
akan dapat memilih jalur alternatif yang mampu mengantarkan Anda ke tujuan
dengan lebih cepat dan lebih aman.
G. Menempatkan Ambulans di Lokasi Kejadian Kecelakaan/Tabrakan
Ketika mengirimkan ambulans ke lokasi kejadian kecelakaan/tabrakan kendaraan,
pastikan untuk mengambil segala tindakan guna melokalisir tempat kejadian.
1. Lakukan penilaian keamanan lokasi dan tentukan area-area berbahaya di sekitar
lokasi kejadian.
2. Parkirlah ambulans sekurang-kurangnya 100 kaki dari rongsokan kendaraan,
jika terlihat ada nyala api, atau kebocoran cairan dan asap yang berbahaya. Jika
tidak tampak nyala api atau kebocoran cairan dan asap, parkir sekurang-kurangnya
50 kaki dari rongsokan. set rem parkirnya dan letakkan baji pengganjal roda di
bawah ban sedemikian rupa sehingga pergerakan maju akan tertahan bila
ambulans terdorng.
3. Parkirlah ambulans Anda di belakang rongsokan kendaraan (dari arah
keadatangan Anda) jika Anda adalah kendaraan emergensi pertama yang ada di
lokasi kejadian sehingga lampu peringatan anda dapat memperingatkan kendaraan
bermotor lain yang mendekat sebelum nyala api atau tanda lain diletakkan.
4. Jika lokasi kejadian telah diamankan oleh polisi atau pihak lain, parkirlah di
depan rongsokan kendaraan untuk mencegah ambulans Anda tertabrak arus lalu
lintas yang datang dari belakang.
5. Minta seseorang berada di belakang ambulans untuk bertindak sebagai
pengarah dan pemandu Anda ketika memundurkan ambulans untuk mengambil
pasien, anda memiliki keterbatasan pandangan jika sekedar mengandalkan spion
dan kemungkinan resiko menabrak pejalan kaki, benda, atau kendaran lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar